Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Tidurnya Para Buruh Di Negeri Tak Bernama

Di negeri antah-barantah, para buruh bekerja bukan hanya untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Motivasi buruh untuk bekerja, tidak lain untuk mencari kemewahan dalam hidup. Mengikuti gaya hidup zaman milennial yang lebih mentereng. Saling bersaing dengan tetangga dan orang lain dalam mengejar kemewahan duniawi.

 para buruh bekerja bukan hanya untuk menutupi kebutuhan hidup sehari Cerita Tidurnya Para Buruh Di Negeri Tak Bernama
Ilustrasi buruh tani (internet)

Lain lagi di negeri tak bernama.  Para buruh bekerja, membanting tulang, membalik-balik bumi dengan pacul. Niatnya semula tidak lebih untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Syukur kalau penghasilan dari buruh agak berlebih, uangnya mampu ditabung, dibelikan emas kemudian dipagang sawah atau ladang.

Buruh bekerja memabanting tulang memeras keringat. Tak peduli panas atau hujan. Kalau panas terasa menyengat memakai tudung penutup kepala. Sebaliknya hujan mengenakan mantel pelindung dari hujan.

Para buruh pergi pagi dan pulang sore. Pagi-pagi berangkat menyandang pacul, dibekali sebungkus nasi dan air minum oleh istri. Sementara anak-anak berangkat ke sekolah dengan penuh semangat sehabis bersalaman dengan ayah dan ibu. Doa orangtua biar anaknya kelak menjadi orang. Tidak lagi menjadi buruh sebagaimana halnya ayah mereka.

Dalam bekerja tidak ada pengawas atau mandor. Yang ada hanya majikan. Tidak banyak perintah dan instruksi dari majikan. Tidak perlu laporan hasil kerja yang mampu direkayasa. Hanya kesadaran buruh untuk bekerja dengan baik. Seimbang antara kerja dan honor yang diterima di sore hari. Jika kerja melebihi gaji, itu yaitu tabungan amal untuk hari esok di akhirat..

Tidak ada istilah malas atau bolos bekerja sebagai buruh tani. Bolos atau malas bekerja akan merugikan majikan. Hukuman dan karenanya bukan dari majikan melainkan dari Allah SWT. Para buruh sadar akan hal ini. Dosa bolos dan malas akan dibawa sampai nanti. Berkah riski yang diterima dari hasil membanting tulang akan berkurang.
Buruh tani tidak memerlukan absensi. Membubuhkan tandatangan pada lembaran ketidakhadiran yang mampu direkayasa. Juga tidak perlu adanya mesin ketidakhadiran printfinger dan mengejar-ngejarnya biar tidak terlambat tiba ke sawah atau ladang  Waktu tiba ke tempat kerja, di sawah atau ladang, hanya berdasar konvensi atau akad yang sudah turun temurun.

Para buruh tani tidurnya lebih lelap. Tertidur pulas alasannya yakni keletihan fisik semata. Badan terasa pegal-pegal selesai bekerja membalik bumi dengan pacul. Keletihan pikiran tidak seberapa. Bukan tidak berpikir tapi tidak banyak pikiran dalam hidup.
Para buruh hanya memikirkan bagaimana mampu bekerja esok hari. Dapat panggilan bekerja untuk esok berarti ada uang masuk buat menutupi kebutuhan hidup dan belanja anak sekolah. Tidak perlu memikirkan cicilan hutang di bank, koperasi dan kredit lainnya. Maka pantas, para buruh tidurnya lebih pulas. 


Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Cerita Tidurnya Para Buruh Di Negeri Tak Bernama"