Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Optimalisasi Tik Sebagai Upaya Kebangkitan Pendidikan Kaum Disabilitas

Optimalisasi tik sebagai upaya kebangkitan pendidikan kaum disabilitas - Pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas merupakan usaha sadar dan bersiklus untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran. Usaha yang memerlukan pemikiran dan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan.

Optimalisasi tik sebagai upaya kebangkitan pendidikan kaum disabilitas Optimalisasi Tik Sebagai Upaya Kebangkitan Pendidikan Kaum Disabilitas

Tujuan yang hendak dicapai yakni agar akseptor didik sanggup mengembangkan potensi dirinya secara aktif guna memperoleh berbagai kekuatan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kekuatan dimaksud antara lain spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, etika mulia serta kekuatan keterampilan.

Berkaitan dengan definisi di atas, pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan sesuatu yang tidak sanggup dilihat dengan kasat mata namun lebih mendalam yakni perlindungan pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.

Saat ini, jumlah kaum Disabilitas (Disability) seluruh dunia mencapai 1 milyar jiwa atau 12% dari jumlah penduduk dunia dan 80 % diantaranya berada di negara berkembang. Menurut catatan Kementrian Sosial RI, pada tahun 2019jumlah penyandangdisabilitas di Indonesia mencapai 7 juta orang atau sekitar 3% dari total penduduk di Indonesia yang berjumlah di 238 juta.

Menurut UU No.4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat, penyandang cacat didefinisikan sebagai setiap orang yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental, yang sanggup mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan mental.

Pendidikan bagi anak harus diberikan secara merata tanpa memandang kondisi dan status dari akseptor didiknya. Hal ini dimaksudkan agar anak yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental, ibarat anak berkebutuhan khusus, sanggup memperoleh pendidikan dengan kualitas yang sama dengan anak pada umumnya.

Dengan adanya pemerataan pendidikan yang meluas, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anak sanggup juga dimiliki oleh anak dengan kebutuhan khusus seperti penderita tunanetra.

Pendidikan bagi anak dengan kebutuhan khusus sudah diprogramkan oleh pemerintah. Pemerintah telah menyusun suatu kegiatan bagi anak dengan kebutuhan khusus ibarat berikut:

#Perencanaan pembelajaran dan pengorganisasian siswa

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yakni sebagai berikut:
a).Menetapkan bidang-bidang atau aspek problema berguru yang akan ditangani. Apakah seluruh mata pelajaran, sebagian mata pelajaran, atau hanya pecahan tertentu dari suatu mata pelajaran.

b).Menetapkan pendekatan pembelajaran yang akan dipilih termasuk planning pengorganisasian siswa, apakah bentuknya berupa pelajaran remedial, penambahan latihan-latihan di dalam kelas atau luar kelas, pendekatan kooperatif, atau kompetitif, dan lain-lain.

c).Menyusun kegiatan pembelajaran individual.

#Pelaksanaan pembelajaran

Selanjutnya, guru melakukan kegiatan pembelajaran serta pengorganisasian siswa berkelainan dalam kelas reguler sesuai dengan rancangan yang telah disusun dan ditetapkan pada tahap sebelumnya.

Sudah tentu pelaksanaan pembelajaran harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan anak, tidak sanggup dipaksakan sesuai dengan target yang akan dicapai oleh guru. Program tersebut bersifat fleksibel.

#Pemantauan kemajuan berguru dan evaluasi

Sebagai upaya mengetahui keberhasilan guru dalam membantu mengatasi kesulitan berguru anak, perlu dilakukan pemantauan secara terus menerus terhadap kemajuan dan/atau bahkan kemunduran berguru anak.

Jika anak mengalami kemajuan dalam belajar, pendekatan yang dipilih guru perlu terus dimantapkan, tetapi jika tidak terdapat kemajuan, perlu diadakan peninjauan kembali, baik mengenai isi dan pendekatan program, maupun motivasi anak yang bersangkutan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya.

Dengan demikian diharapkan pada alhasil semua problema berguru anak, secara bertahap sanggup diperbaikisehingga anak terhindar dari kemungkinan tidak naik kelas atau bahkan putus sekolah.

#Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

Selain kegiatan dari pemerintah, urgensi optimalisasi terhadap pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam membangkitkan pendidikan bagi kaum disabilitas juga sangat diperlukan.

Hal inilah yang seharusnya dijadikan solusi untuk mengatasi permaslahan penyandang disabilitas di Indonesia.

Meskipun jumlah penyandang disabilitas di Indonesia sangat banyak, tetapi pada kenyataannya perhatian masyarakat dan juga pemerintah sendiri sangat minim terkait pengembangan kemampuan penyandang cacat dengan memanfaatkan kiprah TIK.

Buktinya, di Indonesia berbagai Sekolah Luar Biasa (SLB) maupun sekolah Inklusifyang fasilitas teknologinya sangat minim.

Padahal jika dilihat dari segi potensinya, TIK memiliki andil yang cukup besar dalam peningkatan kualitas pendidikan untuk penyandang cacat.

Aspek cakupan teknologi begitu luas, sehingga dengan pengolahan dan pengembangan yang sebaik-baiknya akan didapat produk-produk baik berupa alat, media pembelajaran, maupun situs-situs yang bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran bagi penyandang disabilitas dan sebagai media bentuk kepedulian terhadap mereka.

Dengan mengetahui hal ini, harapannya semakin banyak orang yang mengerti terhadap perkembangan teknologi dan peduli terhadap kaum disabilitas, akan berdampak pada kemajuan pendidikan kaum disabilitas.

Sudah saatnya dengan optimalisasi teknologi menjadi salah satu sarana tonggak kebangkitan pendidikan untuk kaum disabilitas, lantaran pada hakekatnya pendidikan itu yakni hal yang fundametal dan perlu didapatkan oleh setiap insan. 

Penulis : *Achmad Muslichun (Kurikulum dan Teknologi Pendidikan)


Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Optimalisasi Tik Sebagai Upaya Kebangkitan Pendidikan Kaum Disabilitas"