Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kalau Orangtua Juga Nyusahin Anak, Bagaimana?

Kalau orangtua juga 'nyusahin' anak, bagaimana? – Cukup menggelitik, membaca komentar salah seorang sahabat blogger matrapendidikan.com. Murtisari Ulfah, sahabat kami itu memperlihatkan komentar pada artikel blog ini yang berjudul, Anak Bisa Menjadi Musuh Orangtua? Kenapa menggelitik? Ikuti pembahasan ini selanjutnya!

 membaca komentar salah seorang sahabat blogger matrapendidikan Kalau Orangtua Juga Nyusahin Anak, Bagaimana?

Murtisari ternyata cukup kritis dan analitik dalam memahami judul dan isi (?) sebuah artikel. Seperti apa komentar seorang Murtisari? Berikut salinan dan uraian komentarnya!

“Kalau yang  nyusahin anak justru orangtuanya sendiri gimana? Menuntut anak ini-itu tapi effort ke anaknya nggak ada.”

Murtisari telah menciptakan suatu kontradiksi subjek antara orangtua dan anak. Mungkin saja ada benarnya dimana sering terjadi di sekitar lingkungan dimana orangtua sepertinya menyusahkan anaknya sendiri. Tidak hanya anak yang menyusahkan orangtuanya.

Pada hakikatnya, setiap orangtua pasti berkeinginan biar anaknya menjadi orang sukses dalam hidupnya. Jika anaknya masih di bangku sekolah atau sekolah tinggi tinggi, orangtua ingin anaknya berprestasi dalam belajar.

Kesuksesan anak dalam arti sempit akan mendatangkan kebanggan bagi orangtua. Bukan sebaliknya, menyusahkan orangtua bahkan menciptakan jelek nama orangtua sendiri.
Keinginan tersebut perlu disertai dengan upaya dan tindakan faktual dari orangtua. Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, upaya dan tindakan untuk mewujudkan keinginan itu sudah dimulai sejak dini. Sebab basis pendidikan anak yakni lingkungan keluarga.
Jika orangtua melakukan hal tersebut di lingkungan keluarga justru tidak ada anak yang akan menyusahkan orangtua.

Tak mampu dinafikan. Seringkali terjadi dimana anak merasa disusahkan oleh orangtuanya sendiri. Orangtua berkeinginan dan menuntut ini dan itu kepada anaknya namun effort ke anaknya tidak ada. Bukan tidak ada sama sekali melainkan tidak sebanding dengan keinginan dan tuntutan orangtua.

Disinilah letak persoalannya. Sebagai orangtua perlu mengupayakan suatu tindakan untuk mendukung anak dalam pendidikan di rumah tangga. Keinginan dan tuntutan terhadap anak perlu disikapi dengan tindakan nyata.

Salah satu tindakan dimaksud yakni memperlihatkan derma proses berguru anak dengan memperlihatkan perhatian pada proses berguru anak di rumah. Jika anak memperlihatkan hasil yang diinginkan dan sesuai tuntutan orangtua maka orangtua perlu memperlihatkan reward (penghargaan) . Sebaliknya orangtua juga perlu memperlihatkan punishment (hukuman) jikalau anak mengabaikan derma yang telah diberikan.

Di sisi lain, anak perlu menyadari bahwa setiap orangtua pasti berkeinginan biar anaknya sukses dalam belajar. Jika anak menganggap orangtuanya tidak memperlihatkan effort terhadap dirinya maka anak semestinya memahami kondisi orangtuanya. Jangan hanya minta dipahami namun sesekali perlu juga memahami keadaan orangtua.

Anak perlu kreatif dan mampu berdiri diatas kaki sendiri dalam mengatasi masalah tuntutan orangtua bacin tanah yang berlebihan tersebut. Misalnya, menciptakan jalan masuk komunikasi yang baru dan manis kepada orangtua sehingga orangtua juga memahami kesulitan anaknya.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang baik antara orangtua dan anak akan menciptakan situasi dimana orangtua dan anak mampu saling memahami. Tuntutan ini dan itu dari orangtua bukanlah menyusahkan anak.Sebaliknya anak juga mampu membuka diri untuk memahami keinginan dan tuntutan dari orangtau.


Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Kalau Orangtua Juga Nyusahin Anak, Bagaimana?"