Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Filosofi Bambu Dalam Pendidikan Anak

Filosofi bambu dalam pendidikan anak – Anda pasti tidak abstrak lagi dengan tumbuhan bambu. Pohon bambu tumbuh dan berkembang secara berkelompok. Hal ini mampu dicerna alasannya ialah yakni tumbuhan bambu memang berkembang biak dengan akar.

 Anda pasti tidak abstrak lagi dengan tumbuhan bambu Filosofi Bambu Dalam Pendidikan Anak
Foto : Ilustrasi pendidikan anak (pixabay.com)

Akar bambu akan membentuk tunas muda yang disebut rebung. Tunas muda yang masih lunak mampu dimanfaatkan untuk aneka macam keperluan. Misalnya, campuran atau pelengkap aneka macam kuliner dan penganan.

Gulai cancang, kuliner khas Minangkabau, semakin enak dicampur dengan rebung ini. Begitu pula gulai ketupat, juga penganan khas bumi Rananh Minang, enak dicampur dengan nangka muda .

Rebung tumbuh dan bermetamorfosis bambu muda. Batang bambu yang masih muda akan simpel untuk ditebang, dibuat atau diolah alasannya ialah yakni masih lunak. Namun tidak demikian jikalau batang bambu ini sudah besar dan berumur tua.

Jangankan untuk dibentuk, dikala bambu masih berdiri kokoh di kelompok pohon bambu. Untuk menebangnya saja, perlu keahlian tersendiri menebang pohon bambu agar tidak membahayakan si penebangnya.

Sekelompok pohon bambu, perlu dipilih satu persatu untuk ditebang. Menebang satu batang bambu dalam kelompoknya perlu perhitungan. Mulai dari perhitungan ruang gerak si penebang untuk mengayun alat tebas sampai arah tumbangnya batang bambu.

Nah, begitulah menyikapi batang bambu yang sudah tua. Batang bambu kalau sudah besar dan busuk tanah susah untuk ditebang, dibuat apalagi untuk diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kecuali oleh orang yang sudah biasa dan terampil melakukannya.

Keluhan terhadap karakter anak

Sering ditemukan bagaimana orangtua mengeluh dan merasa kewalahan menghadapi anaknya sendiri. Sikap dan tingkah laku belum berakal balig cukup akal telah membuat hati orangtua mengkal.

Anak tidak mau dinasehati alasannya ialah yakni apa yang dikerjakannya tidak pada tempatnya. Atau akan merugikan diri anak sendiri.  Jangankan menuruti nasehat, malahan balik membangkang pada orangtua.

Begitu pula dengan belum berakal balig cukup akal sekolah. Guru kerap dibuat kesal oleh perilaku dan tingkah laku siswa. Sering tidak mau peduli dengan nasehat, suruhan dan larangan yang ditujukan kepada siswa.

Dinasehati tidak mempan. Dilarang justru semakin menjadi-jadi untuk mengerjakan larangan guru. Disuruh malah enggan mengerjakan walaupun untuk kebaikan siswa sendiri.

Filosofi bambu mendidik anak

Pada dasarnya pendidikan anak di lingkungan keluarga  menganut filosofi batang bambu. Bahwa perilaku dan tingkah laku anak sangat ditentukan oleh bagaimana kedua orangtua mendidiknya di lingkungan keluarga. Anak dilahirkan dan dibesarkan oleh lingkungan keluarga sebelum memasuki dunia lain, dunia sekolah dan lingkungan masyarakat..

Pendidikan anak di rumah tangga telah dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan. Usia kandungan 9 bulan 10 hari yakni rentang waktu untuk meletakkan pondasi pendidikan karakter bagi anak.

Kedua orangtua perlu memenuhi kebutuhan calon bayi dengan konsumsi kuliner dan minuman yang sehat.  Sehat dalam pengertian ini, mengandung nutrisi yang cukup, halal dan baik.

Pola pendidikan anak

Pembentukan dan pengolahan pendidikan karakter berlanjut dikala anak lahir. Pada masa Balita (bawah lima tahun), contoh dan corak pendidikan yang diterapkan akan ikut mensugesti kepribadian anak. Selain itu, yang tak kalah penting yakni karakter dan kebiasaan kedua orangtua.

Pola pendidikan yang diterapkan orangtua terhadap anak bersifat serba permisif dan memanjakan anak, serta tunjangan yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan anak menikmati kondisi demikian dengan bebas. Sampai anak memasuki usia pendidikan dini, perilaku itu akan terbawa-bawa oleh anak.

Ketika memasuki pendidikan dasar dan menengah, perilaku dan perilaku manja, serba ingin dibolehkan, tak mau ikut aturan berlaku akan terbawa-terbawa-bawa dan sulit untuk diubah oleh sang anak.

Sebaliknya, perlakuan yang masuk nalar orangtua terhadap anak sejak usia dini justru menjadi kondisi elok untuk membentuk perilaku dan keperibadian yang baik bagi anak. Pada masa inilah pondasi pendidikan karakter mampu dibuat dan diolah dengan baik.

Orangtua perlu menerapkan contoh pendidikan yang demokratis namun bertanggungjawab. Nuansa demokratis dalam pendidikan anak di lingkungan keluarga pada usia dini akan memudahkan orangtua untuk menanamkan karakter yang baik.

Ada kebebasan bagi anak untuk berkreasi, mengeluarkan pendapat, cita-cita dan gagasan tanpa rasa takut kepada orangtua. Namun semua itu ada aturan dan resikonya untuk anak.

Anak mulai diperkenalkan dengan tindakan dan resiko pada usia dini. Setiap tindakan yang dilakukan siswa ada resikonya. Ketika melaksanakan kesalahan, anak juga mulai diperkenalka apa selesai dari kesalahan tersebut.

Hukuman perlu diterapkan dikala anak melaksanakan suatu kesalahan. Mulai dari sanksi peringatan sampai sanksi fisik (jika perlu). Hukuman fisik ini bukan bermakna orangtua melaksanakan tindakan kekerasan. Namun sanksi yang dijatuhkan pada anak bersifat mendidik dan menjadikan imbas jera.

Jika sanksi diterapkan terhadap anak yang telah melaksanakan tindakan salah atau keliru. Penghargaan pun harus diberikan kepada anak jikalau melaksanakan tindakan positif. Penghargaan ini boleh jadi dalam bentuk pujian verbal, hadiah dan bentuk penghargaan lainnya yang akan mendorong anak untuk berbuat yang lebih baik.

Mungkin perilaku orangtua ingin memanjakan anak yakni suatu perilaku yang alamiah. Namun demikian terlalu berlebihan dalam memanjakan anak pada usia dini akan menjadi bumerang bagi orangtua.

Kesimpulan

Bambu akan simpel dibuat dan diolah dikala bambu tersebut masih muda. Dalam bentuk rebung sampai bambu muda. Ketika bambu mulai besar dan berumur, sangatlah sulit  untuk membentuknya.

Filosofi ini mengingatkan orangtua perihal penduidikan anak yang dimulai dari lingkungan keluarga, sejak dalam kandungan sampai anak berusia balita.

Karakter yang baik mampu ditumbuhkembangkan pada anak pada dikala anak berusia dini dan masih berada di lingkungan keluarga. Pembentukan pondasi karakter yang kokoh di lingkungan keluarga akan mempermudah proses pendidikan karakter selanjutnya di luar lingkungan keluarga.


Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Filosofi Bambu Dalam Pendidikan Anak"