Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Si Kembar Sara Dan Sari

Si kembar sara dan sari - Di sebuah rumah sederhana tinggal anak perempuan kembar. Namanya Sara dan Sari. Sara ialah kakak alasannya lahir lebih duluan beberapa menit dari adik kembarannya Sari. Meskipun terlahir kembar, keduanya memiliki sifat yang berbeda. Sara agak pemalas sedangkan Sari anak yang rajin dan pintar.

sebuah rumah sederhana tinggal anak perempuan kembar Si Kembar Sara Dan Sari
Mereka kini tinggal bersama ayahnya yang bekerja sebagai tukang sayur. Setiap pagi ia harus mempersiapkan semua yang akan dijual dan setelah semuanya siap ia akan pergi berkeliling ke desa -desa terdekat dan baru pulang malam hari.  Semua itu ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar uang sekolah kedua anaknya, Sara dan Sari yang sekarang duduk di bangku kelas 8 SMP.

Ibunya telah lama meninggal  alasannya terserang penyakit tumor otak. Semenjak itu, Sari, sang adik, harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai dari hal kecil hingga pekerjaan yang besar. Semua itu Sari kerjakan sendiri tanpa derma kakaknya Sara, alasannya apabila ia meminta derma kepada sang kakak, ia hanya akan dibentak dan dimarahi oleh kakaknya itu.  Walaupun begitu, Sari dengan senang hati melakukan pekerjaan rumah tersebut.

Sepulang sekolah, Sara selalu pergi bermain bersama teman-temannya sedangkan Sari langsung pulang untuk mempersiapkan makan siang. Kemudian membersihkan rumah dan setelah itu Sari pergi mencuci baju ke sungai. Setelah simpulan mencuci Sari pun pulang.

Sesampainya  dirumah, Sari langsung menjemur baju. Setelah simpulan ia pun masuk ke dalam rumah dan menuju dapur.  Ia merasa lapar, ketika ia membuka tudung nasi  ia terkejut alasannya tidak ada satu pun masakan di atas meja. Kemudian Sari pergi ke kamar Sara. Ketika ia masuk ia melihat piring awut-awutan sedangkan Sara tertidur pulas. Sari pun sedih ia mengumpulkan piring tersebut kemudian mencucinya dan kembali memasak.

Ketika ia akan memasak nasi, beras telah habis ia sangat khawatir alasannya ayahnya sebentar lagi pulang dan pasti ayahnya lapar, ia kemudian mencari cara agar sanggup membeli beras. Sari  bermaksud ingin menjual cincinnya tetapi ia tidak berani alasannya cincin itu ialah satu–satunya peninggalan ibunya. Ia kehabisan kebijaksanaan namun balasannya Sari pun menangis, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan.

Tak terasa jam menyampaikan pukul  setengah lima, Sari terbangun  ia pergi mencuci muka, ketika ia telah simpulan mencuci muka ia melihat Sara sedang duduk–duduk di ruang tamu kemudian Sari pun menghampiri Sara,

Kenapa kakak menghabiskan masakan di dapur? Itu juga masakan untuk ayah, kini beras sudah habis, ayah pasti lapar, apa yang harus kita lakukan kak?”

Terserah kamu, itu urusan kamu bukan urusanku.” Jawab Sara seraya berlalu  Lalu meninggalkan Sari.

Sari hanya terdiam, tidak tau apa yang harus dilakukan.

Ayahnya pun datang dan menghampiri Sari, lalu bertanya

Nak, kenapa kau termenung?” tanya ayahnya makin mendekat.

Ayah, beras sudah habis, jadi Sari tidak sanggup memasak nasi dan kita tidak akan makan malam ini.”

Oh….jadi alasannya itu kau bermenung? Tidak apa-apa nak, dagangan ayah tadi habis terjual, jadi ayah membeli nasi bungkus untuk kita makan bersama.” Jawab ayahnya.
Mendengar ucapan ayahnya itu, Sara langsung menghampiri ayah dan Sari, kemudian duduk di samping ayahnya sambil berkata,

Iya, ayah beras sudah habis, jadi Sara pun tidak sanggup memasak untuk ayah.” Ujar Sara berpura-pura baik di depan ayahnya.

Ia tidak ingin Sari mengadu kepada ayah jikalau sebetulnya ia yang telah memakan jatah masakan ayah dan Sari. Kemudian Sara pergi ke dapur mengambil  3 gelas air putih dan sebuah piring. Setelah simpulan makan malam Sara membereskan sampah pembungkus makanan.

***

Keesokan harinya ibarat biasa ayah pergi berdagang sedangkan Sara dan Sari pergi ke sekolah. Setiba di sekolah, Sari disambut oleh teman-temannya dengan besar hati sedangkan Sara dicuekin saja. Sara merasa iri kepada kembarannya.  Kenapa hanya Sari yang disambut dengan gembira, kenapa semua teman- temannya hanya mau bermain dengan Sari? Sejak itu rasa benci Sara kepada adik kembarannya semakin memuncak.


Tidak terasa jam  telah menyampaikan pukul setengah dua, pertanda  semua murid dan guru boleh pulang. Sara menunggu Sari di depan gerbang sekolah. Ia punya planning jahat untuk Sari. Ketika ia melihat Sari ia langsung memanggilnya dan berkata,

Ayo, kita pulang bersama.
Sari merasa heran tetapi ia hanya berfikir positif kepada Sara. Dalam perjalanan pulang Sara mendorong Sari ke parit sehingga kaki Sari terkeseleo. Sari meminta tolong kepada Sara namun ia tidak menghiraukannya. Bahkan ia kemudian pergi meninggalkan Sari dengan keadaan kakinya yang sakit.

Sari pulang kerumah sambil  menangis, berjalan dengan kaki yang masih terasa sakit. Sampai di rumah ia langsung tidur.

Ketika terbangun, ayahnya telah pulang. Betapa terkejut sang ayah melihat kaki Sari bengkak.  Lalu ayahnya bertanya:

Kenapa kaki kau Sari?

Ketika Sari ingin menjawab, Sara justru langsung menjawab.

”Sari tadi di sekolah jatuh karena main kejar-kejaran, Ayah.”

Sari terpaksa membenarkan ucapan sara dengan menganggukkan kepala. Jika ia berterus terang dan mengatakan yang sebenarnya, tentulah Sari akan dihukum oleh kakak kembarannya.

***

Begitulah, sejak kejadian itu Sara semakin tega berbuat semena-mena terhadap Sari. Setiap pulang sekolah Sari selalu menangis alasannya disakiti oleh kakaknya. Sampai suatu hari,  Sari jatuh sakit. Tentu saja ayahnya semakin perhatian kepada Sari sementara Sara merasa terabaikan oleh ayahnya.

Melihat ayahnya semakin sayang kepada Sari, Sara semakin iri dan benci melihat Sari. Ia  mencari kebijaksanaan supaya sanggup membuat ayahnya benci kepada Sari. Sudah dua hari Sari tidak masuk sekolah alasannya sakit. Sara sangat senang alasannya ia yakin teman-temannya bermain dengannya.

Ternyata dugaannya salah, justru teman-temannya semakin menjauhinya. Bahkan teman-teman menjelek-jelekkannya. Sara merasa semakin panas. Sesampainya di rumah, Sara melihat Sari sedang  tidur.  Ia kembali memiliki planning jahat.  Sara mengambil  cincin janji nikah ayah dan ibunya, kemudian diletakkan ke dalam lemari Sari. Dengan cara ini Sara yakin planning kali ini akan  berhasil, karena cincin itu ialah cincin kesayangan ayahnya.

Ternyata benar, dugaan Sara rencananya berhasil mulai menjadi kenyataan.  Ketika ayahnya pulang, Sara melihat ayahnya menuju kamar dan membuka lemari. Ayahnya sangat terkejut alasannya cincinnya telah hilang.

Sang ayah mencari kesana-kesini tetapi ia tidak menemukannya.  Melihat keadaan ibarat ini Sara langsung menghampiri ayahnya,

Ada apa ayah, kenapa ayah ibarat orang kebingungan?”

Tetapi ayah tidak menghiraukan Sara. Lalu,ayahnya pergi menemui Sari,

Nak, ayah kehilangan cincin, apakah kau melihatnya?”

Sari bingung.

Tidak, ayah. Sari tidak melihat cincin itu….”, jawab Sari terputus.

Kamu bohong Sari! Ini cincin saya temukan di dalam lemari kamu.“ Potong Sara seraya menyampaikan cincin.

Sari terkejut.

Tidak,  ayah.  Sari tidak mengambilnya.  Ayah, percayalah pada Sari,” bantah Sari membela diri.

Ayah sangat murka mendengar bahwa anak kesayangannya mengambil cincin itu. Sari kemudian diusir oleh ayahnya dari rumah.
Ayah tidak menyangka, kau melakukan itu Sari.  Ayah tidak akan percaya kepadamu lagi. Sekarang, kau pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali lagi,”

Dengan perasaan sedih Sari keluar dari rumah. Ia yakin, seseorang telah memfitnahnya. Tapi ia tak tahu berbuat apa. Ia hanya sanggup berdoa agar orang yang memfitnahnya segera diketahui oleh ayahnya sehingga ia sanggup kembali ke rumah.

***

Setelah beberapa minggu, Sara merasa senang alasannya ia sangat dimanjakan oleh ayahnya. Sampai pada suatu hari, dikala Sara sedang asyik menulis diari tentang pengalamannya yang telah memfitnah adiknya. Tak sengaja ayahnya datang dan diam-diam membaca diari Sara dari belakangnya.

Ada suatu kalimat yang dibaca dan membuat ayahnya marah. Akhirnya sang ayah mengetahui jikalau Sari telah dikerjain oleh Sara. Sara telah memfitnah adik kembarannya dengan menyembunyikan cincin kesayangan ayahnya di laci lemari sari.

”Sara, sungguh jahat kau kepada adikmu! Engkau telah memfitnahnya, seharusnya ayah percaya kepada Sari. Sekarang, kau keluar dari rumah ini dan jangan kembali lagi!“ hardik ayahnya.

Ketauan kedoknya terbongkar, Sara terpaksa pergi. Ia merasa bersalah dan malu kepada ayahnya.

Ayahnya hanya sanggup termangu seorang diri. Tidak tau harus kemana mencari Sari yang telah difitnah kembarannya dan terusir dari rumah. Namun setelah beberapa hari mencari, balasannya ayahnya bertemu dengan Sari dan membawa Sari kembali ke rumah.
Jangan lupa baca: Susah Itu Anugerah
Semula Sari merasa sangat senang sanggup kembali berkumpul dengan ayahnya. Tetapi mendadak ia merasa sedih alasannya mengetahui tidak sanggup berkumpul dengan Sara. (*Penulis: Widya Iswara Putri)


Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Si Kembar Sara Dan Sari"