Posisi Guru Di Tengah Dinamika Kekinian
Posisi guru di tengah dinamika kekinian - Pada hakikatnya profesi guru mengalami perkembangan sesuai dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial budaya, dan karakter bangsa. Konsekuensinya ialah pergeseran kiprah guru dalam pendidikan. Guru bukan hanya sekadar memperlihatkan informasi sumber berguru yang ada. Lebih dari itu, guru ialah motivator, pembimbing, mediator dan fasilitator dalam proses berguru mengajar.
Konsep kiprah guru di periode perkembangan zaman kekinian menjadi tuntutan kurikulum pendidikan yang berlaku. Kurikulum 2019 (sering disebut, Kurtilas) mengalami proses yang cukup panjang sebelum benar-benar diterapkan. Mengapa terjadi demikian?
Alasan yang mungkin ialah bahwa kurikulum pendidikan itu disusun berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan kebudayaan serta kebutuhan akan pembangunan bangsa.
Ini pasti butuh waktu yang cukup untuk merancang, mempersiapkan, mengujicobakan sampai penerapan kurikulum tersebut.
Guru di periode terdahulu
Banyak orang mengatakan, guru zaman dahulu sangat dihormati meskipun belum ada istilah guru professional.
Barangkali ada benarnya. Guru ialah figur yang patut digugu dan ditiru. Guru dianggap sosok yang serba tahu, memiliki kepribadian yang perlu ditauladani.
Konon, guru sangat berani menghukum siswa bandel atau bandel di sekolah. Namun guru tidak akan mendapatkan resiko dari sanksi yang diberikan kepada siswa. Jika orangtua mengetahui anaknya bermasalah, berperilaku menyimpang dalam belajar, tidak jarang orangtua ikut memberi ganjaran di rumah.
Guru di periode kekinian
Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, agaknya guru sudah berangsur-angsur kurang dihormati meskipun sudah berpredikat sebagai guru profesional. Berkurangnya penghormatan penerima didik terhadap guru tak lepas dari pergeseran nilai sosial dan budaya di tengah masyarakat.
Jika guru mau memberi sanksi terhadap siswa, perlu berfikir ulang untuk menerapkannya. Kesalahan memberi sanksi terhadap penerima didik akan berpotensi melanggar hak azazi manusia.
Di sisi lain, siswa berani mengancam guru sebagai membuktikan kurang hormatnya siswa pada guru. Ini hanyalah sedikit fakta dari sekian kenyataan yang terjadi dalam proses pendidikan anak di lembaga sekolah.
Anak semakin cerdas dan kritis
Agaknya perkembangan zaman dalam konteks ilmu pengetahuan dan teknologi kini ini, lebih cenderung membuat siswa cerdas dan berfikir kritis.
Cerdas menangkap informasi dan bencana yang terjadi. Kritis menanggapi hal-hal yang sensitif dalam proses pendidikan.
Siswa kini sudah paham perihal guru profesional dengan jumlah derma yang sangat besar dari pemerintah. Siswa juga mampu menilai mana guru yang betul-betul profesional dan ‘pantas’ menerima tunjangan sertifikasi.
Mana guru yang patut digugu dan ditiru, mana pula guru yang sebaliknya. Jika ada yang kurang beres di mata siswa, janganlah heran apa yang akan dilakukan oleh siswa tersebut di sekolah.
Jika ada siswa yang pandai internet, ngeblog, dan browser di dunia maya dengan berjuta-juta ilmu pengetahuan dan teknologi. Apakah itu sebagai hasil proses pendidikan yang berlangsung di sekolah?
Boleh jadi semua itu alasannya yaitu siswa yang cerdas dan kritis berguru mandiri di luar lembaga sekolah. Betapa banyak siswa yang hadir di dunia maya dengan karya blog/web yang luar biasa.
Tindak lanjut posisi guru
Proses pembelajaran di sekolah seyogyanya tidak lagi mengutamakan pencapaian prestasi akademik. Guru profesional diarahkan untuk pencapaian ranah sikap dan tingkah laku (afektif), dimensi keterampilan motorik kekinian (psikomotorik) tanpa mengenyampingkan aspek intelektual.
Peran guru dalam pendidikan lebih fokus sebagai motivator, pembimbing, mediator dan fasilitator. Dengan demikian guru mampu memposisikan diri dalam situasi dan kondisi apapun. Peran guru akan tetap fleksibel semoderen atau secanggih apapun dinamika kekinian.
Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Posisi Guru Di Tengah Dinamika Kekinian"