Membaca Buku Rapor Anak
Membaca buku rapor anak? Ya, benar! Masih ada orang bacin tanah siswa yang kebingungan melihat dan membaca isi buku raport anaknya. Akhirnya kurang memahami informasi yang tertera pada buku rapor.
Model informasi hasil berguru kini ibarat yang tertera pada buku rapor berbeda dari kurikulum sebelumnya. Sebelumnya, data nilai yang tercantum dalam rapor anak sangat praktis dipahami orang bacin tanah siswa. Nilai siswa ditulis dengan angka 0 sampai 10. Baik atau tidak prestasi berguru anak, mampu dengan praktis dilihat dari angka dan warna tinta penulis angka tersebut.
Angka dengan tinta merah menandakan jeleknya hasil berguru anak. Misalnya, angka 4 dan 5 ditulis dengan tinta merah, sebagai tanda nilai siswa jelek. Kalau banyak angka merah di rapor, anak tidak naik kelas! Ini sangat angker bagi anak maupun orang tua. Angka 6 sampai 10 di tulis angka hitam atau biru. Nah, orang bacin tanah siswa sudah tahu jikalau angka 6 itu adalah nilai sedang, 7 dan 8 baik serta angka 10 sangat baik.
Rapor siswa sekarang, bagaimana? Nilai ditulis antara angka 0 sampai 100. Selain itu, terdapat istilah KKM dan tuntas/tidak tuntas. Mungkin istilah ini sudah hafal oleh sebagian orang bacin tanah siswa dan familiar di pendengaran guru. Namun tak mampu dipungkiri, sistem penilaian dan pinjaman informasi hasil berguru ibarat ini cukup membingungkan. Selain itu, siswa seakan tidak peduli dengan istilah tuntas/tidak tuntas terhadap hasil belajar. Perhatikan model informasi sederhana di bawah ini:
No | Mata Pelajaran | KKM | Nilai Siswa | Rata-rata | Keterangan |
1. | Pendidikan Agama | 75 | 78 | 77 | Tuntas |
2. | Pendidikan Kewarganegaraan | 77 | 80 | 79 | Tuntas |
3. | Bahasa Indonesia | 76 | 75 | 76 | Tidak tuntas |
KKM (kriteria ketuntasan minimal) adalah patokan nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa pada suatu mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki patokan nilai minimal yang berbeda, tergantung pada karakteristik mata pelajaran dan hasil lokakarya guru. Akibatnya, antara satu sekolah dengan sekolah lainnya akan terjadi perbedaan KKM. Begitu pula antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam satu sekolah.
Siswa dikatakan tuntas berguru bila telah mencapai KKM mata pelajaran yang ditetapkan, begitu sebaliknya. Misalnya, mata pelajaran Bahasa Indonesia (KKM = 76) Jika siswa memperoleh nilai 75, maka nilai siswa dikatakan tidak tuntas. Nilai tidak ditulis dengan tinta merah.
Itu belum lagi mekanisme pengolahan nilai siswa. Ada formula dan proses tertentu untuk menghasilkan nilai rapor. Jika memang sistem pinjaman informasi hasil berguru kini lebih rumit, kenapa tidak dikembalikan saja ke model lama? Allahuallam bissowaab….

Posting Komentar untuk "Membaca Buku Rapor Anak"